Menurut
Shumpeter (1934), Kewirausahaan merupakan komponen vital dalam
pembangunan ekonomi, Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat
mengalami perubahan pola fikir dalam memaknai hidup, hal yang sangat
mendasar adalah perubahan mindset masyarakat yang cenderung serba instan hal ini bisa dilihat dari pola hidup masyarakat yang serba konsumeris, Budaya
sustainable diantaranya produksi, budidaya, kerja – kerja kontinyu
dengan menggunakan manajemen usaha yang berkesinambungan sudah tidak di
lirik dan di jadikan pilihan oleh masyarakat. Oleh karenanya
warga masyarakat desa yang tergabung dalam kelompok – kelompok maupun
organisasi harus terus mendapat binaan agar kelompok mereka dapat terus
berkelanjutan di masa yang akan datang. Anggota kelompoknya dibekali
dengan berbagai wawasan keilmuan berwirausaha, dan juga keterampilan di
bidang tekhnis, penguatan kelembagaan agar dapat menjalankan kelompoknya
secara dinamis. Oleh karenanya, PT. PLN (Persero) Pembangkitan Tanuung
Jati B dan PT Central Java Power bekerjsama dengan LAKPESDAM NU Jepara
melaksanakan pelatihan kewirausahan sebagai sarana bertukar informasi
dan penguatan kelompok agar dapat lebih mandiri. Melalui kegiatan ini, berbagai
ilmu disebarkan dan simulasi juga dilakukan agar kelompok dapat
langsung menerapkan apa yang dipelajari dalam kehidupan perekonomiannya.
Selain ilmu pengetahuan, pelatihan ini juga menerapkan metode agar
dapat membangun motivasi masyarakat dalam berkelompok.
Kegiatan ini dilaksanakan hari Senin dan Selasa tanggal 29 dan 30 Oktober 2012 di Hotel Elim Jepara.
Tujuan
1. Merubah mindset masyarakat dari budaya subsisten ke sustainability yang lebih produktif.
2. Mengembangkan kapasitas masyarakat dalam berwirausaha dengan:
a. Memiliki sikap personal dan sosial sebagai seorang wirausaha
b. Memiliki Kemampuan Manajerial Usaha Kecil
c. Memiliki kemampuan berfikir logic
d. Memiliki Keterampilan produksi (barang/jasa)
e. Memiliki keterampilan berwirausaha
3. Melakukan Sharing Pengalaman untuk mengembangkan potensi local bagi kesejahteraan nelayan dan masyarakat desa.
4. Mensupport kemampuan untuk memotivasi pencapaian tujuan (Achievement Motivation)
Hasil yang diharapkan
1. Peserta mampu merubah mindset budaya nelayan dan masyarakat sekitar PLTU Tanjung Jati B.
2. Peserta mampu mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan kewirausahaan kepada anggota kelompoknya/ masyarakat dengan :
a. Memiliki
etika dan jiwa kewirausahaan, yang meliputi: sikap sopan santun, jujur,
disiplin, tekun, semangat kerja, tahu diri, tenggangrasa, ulet dan
kesederhanaan sebagai wirausaha.
b. Mampu membangun jaringan, pasar dan kerjasana dalam berwirausaha
c. Mendalami proses usaha kecil
d. Mampu menganalisis kondisi lingkungan usaha dan pasar
e. Mampu mengambil keputusan dan mengambil resiko
f. Mampu memanfaatkan peluang
g. Menguasai inovasi usaha mulai dari bahan baku, proses maupun produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
h. Mampu memilih jenis usaha yang akan dilakukan
i. Mampu merencanakan usaha
j. Memahami strategi pengembangan usaha
3. Peserta mampu mensupport dan memotivasi anggota dan masyarakat sekitar dalam mencapai tujuan bersama.
Peserta
Peserta
pelatihan yang mengikuti proses belajar berjumlah 28 orang yang
mewakili berbagai kelompok yaitu nelayan, petani, ibu rumah tangga,
pemuda, dan pelaku usaha kecil di desa Tubanan, Kaliaman dan Bondo.
Narasumber, fasilitator dan panitia pelatihan ini berjumlah 9 orang.
Sehingga total kehadiran pada pelatihan ini berjumlah 37 orang.
Sebelum pelaksanaan pelatihan, seluruh peserta memperoleh materi atau modul pelatihan Kewirausahaan sebagai bahan bacaan.
Alur Proses & Pendukung Efektifitas Belajar
Alur Proses
Pelatihan
Kewirausahaan Program Pengembangan Ekonomi Masyarakat Sekitar PLTU
Tanjung Jati B terdiri dari empat sesi utama yaitu Sesi Pembukaan dan
Pengantar Pelatihan, Sesi Membangun Jiwa Kewirausahaan, Sesi Mengenal
Konsep Dasar Kewirausahaan, Sesi Membaca Peluang dan Mengoptimalkan
Sumber Daya, Sesi Perencanaan Usaha dan Sesi Rencana Tindak Lanjut
(Rencana Aksi). Setiap sesi dikemas memadukan pemaparan materi dan
diskusi kelompok.
Alur proses pelatihan dapat dilihat secara sederhana pada bagan dibawah ini:
Pendukung Efektifitas Belajar
Metode
belajar yang digunakan dalam pelatihan ini mempunyai tiga tujuan, yakni
untuk membuat proses belajar menjadi lebih rileks dan menyenangkan (Process), sehingga proses penyerapan dan diskusi menjadi lebih cerdas (substance), dan hubungan antar peserta belajar menjadi lebih baik (relation).
Mengaktifkan thinking, feeling dan acting
Sebagai sebuah proses belajar yang dipercepat (accelerated learning process)
pelatihan dua hari ini disadari mesti menggunakan metode yang mampu
mengoptimalkan seluruh perangkat belajar utama dari tiap individu
peserta belajar, yakni thinking, feeling dan acting.
Untuk itu, fasilitasi proses pelatihan ini menggunakan beberapa teknik
yang mendorong peserta mengaktifkan otak kiri, otak kanan dan tubuhnya
dengan melakukan permainan latihan konsentrasi dan keseimbangan dalam
belajar dengan cara memperhatikan intruksi dan tindakan sesi perkenalan,
menyanyikan lagu secara bersama-sama sebelum masuk sesi pertama dan
menjelang penutupan, meregangkan otot dan berusaha rileks dengan game –
game olah tubuh agar tidak terasa jenuh, melakukan permainan puzzle dan
moving antar kelompok dalam penentuan sikap dan prinsip berbisnis di
sessi bisnis plan, membuat lagu – lagu dan yel – yel yang member
semangat tiap kelompok dalam hal berlatih motivasi diri dan semangat
bersaing sehat pada sesi pemaparan, serta game interaktif lagu, intruksi
dan tindakan dimodivikasi untuk mendapatkan kreatifitas dan inovasi
peserta pelatihan dan kemudian membacakannya, serta teknik presentasi
yang menarik pada saat pemaparan hasil kerja kelompok.
Proses yang dibangun pada pelatihan ini sebagai berikut:
1. Perkenalan
antar pribadi dan kelompok – melalui metode menggambar diri sendiri dan
orang didekatnya. Tiap peserta mengenalkan nama, latar belakang dan
pengalamannya dalam beraktifitas.
2. Diskusi pada sharing pengalaman
pribadi dan kelompok, metode yang digunakan adalah tiap peserta
menuliskan dalam metaplan yang disediakan apa yang paling menarik dan
bermanfaat dari sesi sharing yang dilakukan pemateri dari KADIN, STIENU
dan INISNU. Metaplan tadi kemudian ditempelkan pada kertas plano dan
disampaikan atau dipaparkan kepada peserta lainnya. Respon peserta
terhadap tiap materi sharing pengalaman dipaparkan pada bagian selanjutnya.
3. Dialog
dengan pemateri lebih banyak ditekankan disetiap sessinya. Pemateri
hanya menyampaikan materi tidak lebih dari 15 menit, dan sisa waktu
kurang lebih 75 menit dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk proses
dialog tanya jawab. Setiap sessi selalu didampingi moderator yang akan
mengatur dialog maupun sharing antyara peserta dan pemateri.
4. Diskusi
Perencanaan Bisnis, sesi ini bertujuan menggali daya analisa peserta
dari materi yang telah diterima. KADIN dengan pengalaman berbagai
anggota dan jaringannya dalam melakukan usaha – usahanya hingga
berhasil, STIENU dengan konsep dasar kewirausahaannya yang dapat
diterapkan di masyarakat serta INISNU yang mengkaji perencanaan dilihat
dari sisi agama. Alat bantu yang digunakan pada diskusi ini adalah
kertas, metaplan, plano dan spidol. Alat bantu tersebut digunakan
peserta untuk mengekspresikan idenya dengan kreatif.
5. Pemaparan
kelompok memberikan ruang yang sangat luas bagi peserta dalam
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Presentasi diawali dari
menyanyikan lagu yel – yel buatan kelompok baru setelah itu dilakukan
presentasi yang diwakili satu sampai tiga orang perkelompok dengan
disupport anggota kelompoknya. Sedangkan kelompok lain dapat memberikan
saran, sanggahan maupun solusi bagi kelompok yang melakukan presentasi.
Membangun fasilitas belajar dan suasana yang kondusif
Pelatihan
ini berusaha membuat fasilitas dan suasana belajar yang sekondusif
mungkin bagi peserta. Untuk itu disusun tata ruang yang memberi
kesempatan seluas mungkin bagi peserta untuk duduk dan bergerak nyaman,
membangun relasi yang intensif dengan peserta lain, serta tentu saja
mengikuti sesi pemaparan dan berinteraksi dengan pemateri secara aktif.
Ruang
pelatihan dibagi menjadi: tempat presentasi, tempat peserta menyimak
ceramah, tempat coffee break/ makan, tempat diskusi, tempat peralatan
dan kepanitian. Fasilitator/ pemateri diberi ruang gerak yang cukup
luas, tanpa perlu disediakan meja-kursi atau podium, dilatari oleh layar
presentasi visual yang berada di depan ruangan. Di sepanjang sisi
ruangan disediakan meja-kursi untuk peralatan utama
presentasi/fasilitasi (laptop, audio, alat-alat belajar), juga untuk
pemateri dan panitia. Pada bagian belakang disediakan meja untuk urusan
kepanitiaan atau teknis lainnya.
Perlengkapan dan Alat belajar
Perlengkapan
belajar utama adalah satu set laptop dan proyektor untuk presentasi
visual, sound system untuk memutar film dan musik, flip chart untuk
mencatat petikan materi dan pertanyaan. Sedangkan alat belajar pokok
yang disediakan untuk proses adalah peralatan tulis untuk peserta,
peralatan kerja untuk diskusi kelompok (kertas plano, metaplan dalam
dua-tingga warna, spidol dengan beragam warna). Peralatan kerja kelompok
ini disediakan selengkap mungkin, ditujukan untuk menstimulus peserta
menyampaikan hasil diskusinya secara kreatif.
Pada
pelatihan ini dilengkapi pula dengan catatan proses dalam bentuk gambar
(visual). Catatan proses ini merekam proses selama pelatihan dengan
sangat baik dan menarik. Catatan proses ini pun membantu proses review materi dan proses pada hari pertama atau wrap up pada akhir kegiatan.
Fasilitas Bertanya
Proses
pelatihan ini dikemas sedemikian rupa sehingga peserta memiliki
kesempatan untuk bertanya sepanjang waktu. Umpan balik, pertanyaan,
tanggapan atau input peserta menjadi hal yang sangat penting, sehingga
panitia menyediakan berbagai media bagi peserta untuk mengutarakan
pertanyaan, umpan balik, input dan lain sebagainya. Media tanya bagi
peserta sebagai berikut:
1. Alokasi waktu tanya jawab pada setiap sesi
2. Media metaplan untuk menuliskan pertanyaan dan atau respon pada setiap pemaparan materi
3. Dinding
Pertanyaan, panitia menyediakan sejumlah kertas plano kosong yang
ditempel atau diletakan di dinding sehingga peserta dapat menuliskan
pertanyaan atau respon apapun terkait dengan penyelenggaraan pelatihan
kewirausahaan ini.
4. Sesi evaluasi dan rencana tindak lanjut melalui pertanyaan evaluasi dan ususlan yang dituliskan pada metaplan
Posting Komentar