Sedang diet atau cenderung menghitung-hitung kalori yang masuk ke dalam
tubuh? Kalau begitu Anda harus berhati-hati, karena diet ternyata tak
cuma membuat Anda jadi lebih kurus, tapi juga bisa menjadi bodoh.
Profesor
Ekonomi Sendhil Mullainathan dari Harvard University mengungkapkan
bahwa program diet dengan cara menghitung-hitung kalori yang masuk ini
akan membuat otak menjadi buntu dan sulit fokus pada satu pekerjaan seperti dilansir dari kompas.com
Misalnya
suatu sore saat sedang rapat di kantor, ada satu teman yang membawa
kue dan diletakkan di meja rapat. Biasanya sembari rapat, ada beberapa
orang yang mengambil kue dan memakannya.
Namun jika sedang diet, Anda pasti berpikir seribu kali untuk menyantap kue ini. Padahal seharusnya Anda memerhatikan pembicara rapat. Pada akhirnya, hanya setengah dari pikiran Anda yang ada di rapat dan setengahnya lagi memikirkan kue. "Boleh nggak ya makan satu?" "Berapa kalori kue ini?" "Kalau makan satu kue harus dibakar dengan olahraga apa?" dan lain-lainnya. Pikiran inilah yang akan membuat pikiran tegang dan akhirnya membuat sulit fokus.
Tak cuma dengan kue yang ada di depan mata, hal ini pun juga bisa terjadi dengan kue yang tidak terlihat. Dengan kata lain, Anda hanya berimajinasi dengan kue di otak Anda.
Psikolog mengungkapkan bahwa diet yang dilakukan membuat otak akhirnya membayangkan makanan-makanan nikmat yang tak boleh disantap selama diet, atau yang disebut dengan ngidam. Ngidam pada orang yang berdiet ternyata lebih sering dialami daripada orang yang tidak diet.
Banyak diet yang membutuhkan perhitungan konstan untuk menentukan jumlah kalori. Ini semua akan menyumbat otak Anda. Peneliti menemukan bahwa kebiasaan terlalu banyak menghitung kalori akan menimbulkan penyumbatan pada berbagai hal, misalnya tugas penalaran logis, spasial, pengendalian diri, pemecahan masalah, penyerapan dan penyimpanan informasi baru. Pada akhirnya, otak akan memiliki ritme untuk membatasi atau memperkecil bandwidth di otak.
Kita semua menggunakan bandwidth untuk membuat keputusan di tempat kerja, menahan keinginan untuk berteriak pada anak-anak kita ketika mereka mengganggu kita, atau bahkan untuk fokus pada percakapan selama makan malam atau dalam rapat. Dengan kata lain diet tidak hanya membuat Anda semakin lapar, tapi juga memengaruhi efek psikologis dan fisiologis secara bersamaan.
Semakin kecil bandwidth yang tercipta akibat perilaku menghitung-hitung kalori ini memiliki konsekuensi yang luas, termasuk dalam kesulitan menghapal dan menghitung. Hal ini diilustrasikan dalam studi yang menempatkan peserta diet di antara dua pilihan makanan yaitu salad buah dan kue. Sebelum memilih, peserta diminta untuk mengingat tujuh digit angka, dan setengah lainnya diminta untuk mengingat dua digit angka. Ternyata orang yang memilih menyantap kue daripada salad buah, 50 persen lebih mudah mengingat angka-angka.
Namun jika sedang diet, Anda pasti berpikir seribu kali untuk menyantap kue ini. Padahal seharusnya Anda memerhatikan pembicara rapat. Pada akhirnya, hanya setengah dari pikiran Anda yang ada di rapat dan setengahnya lagi memikirkan kue. "Boleh nggak ya makan satu?" "Berapa kalori kue ini?" "Kalau makan satu kue harus dibakar dengan olahraga apa?" dan lain-lainnya. Pikiran inilah yang akan membuat pikiran tegang dan akhirnya membuat sulit fokus.
Tak cuma dengan kue yang ada di depan mata, hal ini pun juga bisa terjadi dengan kue yang tidak terlihat. Dengan kata lain, Anda hanya berimajinasi dengan kue di otak Anda.
Psikolog mengungkapkan bahwa diet yang dilakukan membuat otak akhirnya membayangkan makanan-makanan nikmat yang tak boleh disantap selama diet, atau yang disebut dengan ngidam. Ngidam pada orang yang berdiet ternyata lebih sering dialami daripada orang yang tidak diet.
Banyak diet yang membutuhkan perhitungan konstan untuk menentukan jumlah kalori. Ini semua akan menyumbat otak Anda. Peneliti menemukan bahwa kebiasaan terlalu banyak menghitung kalori akan menimbulkan penyumbatan pada berbagai hal, misalnya tugas penalaran logis, spasial, pengendalian diri, pemecahan masalah, penyerapan dan penyimpanan informasi baru. Pada akhirnya, otak akan memiliki ritme untuk membatasi atau memperkecil bandwidth di otak.
Kita semua menggunakan bandwidth untuk membuat keputusan di tempat kerja, menahan keinginan untuk berteriak pada anak-anak kita ketika mereka mengganggu kita, atau bahkan untuk fokus pada percakapan selama makan malam atau dalam rapat. Dengan kata lain diet tidak hanya membuat Anda semakin lapar, tapi juga memengaruhi efek psikologis dan fisiologis secara bersamaan.
Semakin kecil bandwidth yang tercipta akibat perilaku menghitung-hitung kalori ini memiliki konsekuensi yang luas, termasuk dalam kesulitan menghapal dan menghitung. Hal ini diilustrasikan dalam studi yang menempatkan peserta diet di antara dua pilihan makanan yaitu salad buah dan kue. Sebelum memilih, peserta diminta untuk mengingat tujuh digit angka, dan setengah lainnya diminta untuk mengingat dua digit angka. Ternyata orang yang memilih menyantap kue daripada salad buah, 50 persen lebih mudah mengingat angka-angka.
Posting Komentar