SOT Jepara - suaraonlineterkini.com - KH Muhammad Abbas Fuad Hasyim menegaskan Islam menjadi agama yang kuat sebab mengakomodir budaya. Hal itu dikemukakannya dalam Gelar Budaya dan Pengajian Kebangsaan yang diselenggarakan PC IPNU Demak di lapangan Jogoloyo kecamatan Wonosalam kabupaten Demak, Sabtu (11/10) malam.
Menurutnya, sebagian besar budaya berasal dari Hindu dan Budha. Hal itu sebagai perayaan simbol, tata cara kehidupan dan juga spiritual. Ia menyontohkan, di India setiap Minggu orang-orang mengenakan peci dan sarung kotak-kotak dan masuk ke Pura/ Mandir.
Lalu Islam di Indonesia, menghilangkan ideologi, deideologisasi dan mengasimilasi budaya tersebut. Alhasil, muslim di Demak maupun di Cirebon yang mengenakan peci dan sarung menjadi simbol Islam.
Kiai asal Buntet Cirebon itu menegaskan Idul Adha adalah produk jahiliyah. Momen itu adalah waktu menyembelih hewan yang darahnya untuk berhala-berhala mereka.
“Oleh rasul melalui wahyu Allah budaya jahiliyah ini diganti dengan shalat dua rekaat dan menyembelih hewan qurban,” terangnya.
Contoh lain, budaya minum arak 7 hari 7 malam diganti dengan minum teh serta tahlilan. Beberapa contoh yang ia lontarkan yang menyebabkan Islam Indonesia menjadi kuat.
Hal itu tentu berbeda dengan negara-negara yang pernah mengalami zaman keemasan Islam. Negara-negara itu mudah hancur lebur hanya dalam waktu tidak lama. Spanyol, misalnya mengalami keemasan dalam kurun waktu 800 tahun. Setelah dijajah bangsa Tartar 2 tahun kemudian hancur berkeping-keping.
Kenapa bisa demikian? Kiai Abbas menjelaskan karena Islam hanya sekadar nilai dan ajaran. Antara agama dan budaya terpisah. Gus Dur sebutnya pernah mengingatkan Islam jangan hanya sebagai kekuatan politik. Lebih dari Islam harus ditopang dengan kekuatan budaya dan adat istiadat.
Jika Islam sudah ditopang dengan budaya yang kuat ia yakin Islam akan tetap kuat sampai kapan pun. [Syaiful Mustaqim]
Menurutnya, sebagian besar budaya berasal dari Hindu dan Budha. Hal itu sebagai perayaan simbol, tata cara kehidupan dan juga spiritual. Ia menyontohkan, di India setiap Minggu orang-orang mengenakan peci dan sarung kotak-kotak dan masuk ke Pura/ Mandir.
Lalu Islam di Indonesia, menghilangkan ideologi, deideologisasi dan mengasimilasi budaya tersebut. Alhasil, muslim di Demak maupun di Cirebon yang mengenakan peci dan sarung menjadi simbol Islam.
Kiai asal Buntet Cirebon itu menegaskan Idul Adha adalah produk jahiliyah. Momen itu adalah waktu menyembelih hewan yang darahnya untuk berhala-berhala mereka.
“Oleh rasul melalui wahyu Allah budaya jahiliyah ini diganti dengan shalat dua rekaat dan menyembelih hewan qurban,” terangnya.
Contoh lain, budaya minum arak 7 hari 7 malam diganti dengan minum teh serta tahlilan. Beberapa contoh yang ia lontarkan yang menyebabkan Islam Indonesia menjadi kuat.
Hal itu tentu berbeda dengan negara-negara yang pernah mengalami zaman keemasan Islam. Negara-negara itu mudah hancur lebur hanya dalam waktu tidak lama. Spanyol, misalnya mengalami keemasan dalam kurun waktu 800 tahun. Setelah dijajah bangsa Tartar 2 tahun kemudian hancur berkeping-keping.
Kenapa bisa demikian? Kiai Abbas menjelaskan karena Islam hanya sekadar nilai dan ajaran. Antara agama dan budaya terpisah. Gus Dur sebutnya pernah mengingatkan Islam jangan hanya sebagai kekuatan politik. Lebih dari Islam harus ditopang dengan kekuatan budaya dan adat istiadat.
Jika Islam sudah ditopang dengan budaya yang kuat ia yakin Islam akan tetap kuat sampai kapan pun. [Syaiful Mustaqim]
Posting Komentar