Bencana angin puting beliung atau yang biasa dikenal dengan angin
lisus, sudah menjadi langganan bagi Kabupaten Grobogan. Angin lisus ini
ibarat pelengkap bagi warga sekitar di musim penghujan.
Dari data yang ada di Badan Penanggulangan Benca
na Daerah (BPBD)
Grobogan, dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, dari pertengahan
Oktober hingga awal November 2013 ini sudah ada delapan kali peristiwa
angin lisus. Dari serangkaian peristiwa itu, tercatat 34 rumah yang
roboh akibat angin kencang. Kemudian, ada 16 rumah yang mengalami rusak
berat, dan 1.707 rumah mengalami kerusakan ringan.
”Bencana angin lisus dalam sebulan terakhir ini berada di 12 desa di
tujuh kecamatan. Sejauh ini, belum ada laporan mengenai korban jiwa
akibat peristiwa angin lisus,” kata Kepala BPBD Grobogan Agus Sulaksono
didampingi Kasi Kedaruratan Masrikan.
Menurutnya, kondisi geografis wilayah Grobogan rentan akan bencana
angin puting beliung. Hal itu disebabkan posisi Grobogan yang berada di
daerah lembah dan diapit dua pegunungan besar. Pegunungan Kendeng
Selatan dan Utara.
”Untuk menahan kencangnya angin, bisa diupayakan dengan menanam pohon
di pinggiran desa. Sebab, kebanyakan rumah yang roboh diterjang angin
berada di daerah pinggir,” ujarnya.
Agus menambahkan, musibah angin lisus yang menerjang wilayah Grobogan
di tahun 2013 ini perlu mendapat perhatian dan penanganan serius dari
pihak pemkab. Sebab, jumlah kerugian yang diakibatkan bencana ini sudah
cukup besar. Apalagi, banyak rumah-rumah warga yang rusak karena
diterjang angin kencang itu.
Guna meringankan beban dari para korban bencana alam puting beliung,
lanjut Agus, pihak BPBD akan memberikan santunan bagi para korban. Untuk
rumah roboh akan mendapatkan bantuan maksimal Rp 2,5 juta. Sementara
rumah yang rusak ringan sampai berat dibantu akan Rp 150 ribu hingga Rp 1
juta, disesuaikan dengan tingkat kerusakannya.
Posting Komentar