SOT Jepara - Feri Aji Saputra bocah berusia 14 tahun ini harus terbaring selama 8 bulan di tempat tidurnya karena mengalami tumor ganas dilutut sebelah kiri. Saat ini ia hanya bisa terbaring lemah karena penyakit yang menimpanya kian membesar. Niatan sembuh sudah ditempuh pihak keluarga dengan berbagai pengobatan, namun hasilnya masih nihil.
Rukamah (38) ibunya yang setia merawat setiap hari mengatakan, awal mula sakit sejak Agustus tahun lalu. Dikira hanya pegal linu biasa kemudian dilarikan ke tukang pijit. Namun sakitnya tak kunjung membaik justru muncul benjolan di lutut kirinya.
Keluarganya lalu membawa ke dokter dan disarankan rongten di Puskesmas Mlonggo kemudian di rujuk di RSUD Kartini. Di RSUD tidak ada dokter spesialis tumor ganas di jaringan tulang, maka Feri dirujuk menuju RS Karyadi Semarang.
Pihak RS Karyadi menyarankan kaki kiri Feri diamputasi. Feri pun bersikukuh menolak karena khawatir diejek cacat oleh teman-temannya. Keluarga juga tak tega untuk memaksa putra Rifaat menjalani amputasi dan memilih cara lainnya berobat kemoterapi.
Kini siswa kelas VIII MTs Mathalibul Huda Mlonggo ini tidak lagi bersekolah karena sudah tidak berdaya. Ibunya mengaku sudah banyak berusaha mengobati sakit yang diderita anak bungsunya.
Setiap bulan Feri harus dibawa ke Semarang guna kemoterapi. Untuk menjalani kemo di RS Semarang, keluarga masih bisa membawa Feri naik bus umum. Namun saat ini Feri sudah tak sanggup jika harus menjalani kemo dengan menaiki bus umum. Apalagi untuk menyewa
mobil juga tidak mampu karena biaya mahal.
Pihak keluarga selalu mengupayakan berobat ke pengobatan alternatif . Keluarga tetap optimis akan kesembuhan anak kelahiran 18 Juni 2000 tersebut. Keluarga juga mengharapkan uluran bantuan dari dermawan untuk pengobatannya.
Feri bersama keluarganya tinggal di desa Sinanggul Tengah (kampung pasar Cewek) RT. 18 RW. 02 kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara. (sm)
Keluarganya lalu membawa ke dokter dan disarankan rongten di Puskesmas Mlonggo kemudian di rujuk di RSUD Kartini. Di RSUD tidak ada dokter spesialis tumor ganas di jaringan tulang, maka Feri dirujuk menuju RS Karyadi Semarang.
Pihak RS Karyadi menyarankan kaki kiri Feri diamputasi. Feri pun bersikukuh menolak karena khawatir diejek cacat oleh teman-temannya. Keluarga juga tak tega untuk memaksa putra Rifaat menjalani amputasi dan memilih cara lainnya berobat kemoterapi.
Kini siswa kelas VIII MTs Mathalibul Huda Mlonggo ini tidak lagi bersekolah karena sudah tidak berdaya. Ibunya mengaku sudah banyak berusaha mengobati sakit yang diderita anak bungsunya.
Setiap bulan Feri harus dibawa ke Semarang guna kemoterapi. Untuk menjalani kemo di RS Semarang, keluarga masih bisa membawa Feri naik bus umum. Namun saat ini Feri sudah tak sanggup jika harus menjalani kemo dengan menaiki bus umum. Apalagi untuk menyewa
mobil juga tidak mampu karena biaya mahal.
Pihak keluarga selalu mengupayakan berobat ke pengobatan alternatif . Keluarga tetap optimis akan kesembuhan anak kelahiran 18 Juni 2000 tersebut. Keluarga juga mengharapkan uluran bantuan dari dermawan untuk pengobatannya.
Feri bersama keluarganya tinggal di desa Sinanggul Tengah (kampung pasar Cewek) RT. 18 RW. 02 kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara. (sm)
Posting Komentar